PEMBERDAYAAN PEER GROUP KADER SEBAYA REPRODUKSI REMAJA AWAL DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID
AbstractData SDKI (2012) menunjukkan 32,1% remaja perempuan dan 36,5 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun mulai berpacaran sebelum usia 15 tahun, sekitar 0,7 % perempuan dan 4,5%laki-laki berusia 15-19 tahun melakukan seks pra-nikah, 7% remaja perempuan 15-19 tahun pernah melahirkan, dan 2,8%remaja usia 15-19 tahun terlibat penyalahgunaan NAPZA. Peran remaja santri penting dalam hal ini sebagai pemberi edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di pondok pesantren didapatkan bahwa remaja santri merasa kurang informasikesehatan reproduksi. Penyuluhan dapat menjadi media pembinaan kepada kader. Pendekatan Peer education digunakan karena metode ini dianggap sangat efektif untuk diterapkan pada remaja. Pendidik sebaya dipandang efektif sebab motode ini menggunakan bahasa dan gaya penyampaian yang mudah dimengerti oleh teman sebayanya, sehingga pemberian informasi terkait kesehatan bisa disampaikan dengan tepat sasaran (Lundy, 2009). Tujuan: untuk melibatkan peran serta aktif remaja santri.Pelaksanaan pelatihan diikuti oleh 20 remaja. Solusi yang ditawarkan berdasarkan kesepakatan dengan mitra adalah pembentukan Kader Kesehatan Reproduksi Remaja (peer group) .Terbentuknya Kader Kesehatan reproduksi remaja dan disambut baik oleh peserta yang telah ditunjuk dan sanggup menjadi kader kesehatan reproduksi dilingkungan pesantren. Kegiatan pengabdian masyarakat melalui pembinaan kader peer grup ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan kader peer grup atau teman sebaya. Pembinaan ini perlu selalu dilakukan secara berkala dan terjadwal dengan topik dan kegiatan yang berhubungan dengan tugas kader dalam merencanakan kegiatan; melakukan komunikasi, informasi, dan motivasi (KIM); dan menggerakkan masyarakat khususnya remaja santri di pondok pesantren.
|
Keywords
Full Text:
References
Ismiyati, D. K. Sunjaya, and S. Susanah, “Substansi Modul Konseling Sebaya Dalam Mengatasi Permasalahan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Akhir,” J. Med. (Media Inf. Kesehatan), vol. 5, no. 1, pp. 1–9, 2018, doi: 10.36743/medikes.v5i1.1.[9]N. L.
Kadek Alit Arsani, “Peranan Program Pkpr (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kecamatan Buleleng,” J. Ilmu Sos. dan Hum., vol. 2, no. 1, pp. 129–137, 2013, doi: 10.23887/jish-undiksha.v2i1.128
N. L. Kadek Alit Arsani, “Peranan Program Pkpr (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kecamatan Buleleng,” J. Ilmu Sos. dan Hum., vol. 2, no. 1, pp. 129–137, 2013, doi: 10.23887/jish-undiksha.v2i1.1289.
Ismiyati, D. K. Sunjaya, and S. Susanah, “Substansi Modul Konseling Sebaya Dalam Mengatasi Permasalahan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Akhir,” J. Med. (Media Inf. Kesehatan), vol. 5, no. 1, pp. 1–9, 2018, doi: 10.36743/medikes.v5i1.1
WHO. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Putro, Khamim Zarkasih. (2017). Memahami Ciri dan Tigas Perkembangan Remaja. Aplikasia: Jurnal Aplikasi IlmuIlmu Agama. 17 (1), 25-32.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta Suhartini. 2005. Model – Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pesantren.
H. Rosyidah, “Pengembangan Modul Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Menganti,” BK Unesa, vol. 4, no. 03, pp. 1–11, 2014. [4] S. Soeroso, “Masalah Kesehatan Remaja,” Sari Pediatr., vol. 3, no. 3, p. 189, 2016, doi: 10.14238/sp3.3.2001.189-97.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan IV Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI; 2016.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2022 Dela Fatmawati, Fatihatur Rosyidah, Amanda Mirza Kania Viscarini
Prosiding Seminar Nasional Hi-Tech (Humanity, Health, Technology) diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) Universitas Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia. Telp: 082318007953. Email: prosiding.hitech@gmail.com