Inklusi Keuangan Indonesia: Progres dan Prospek

DOI: https://doi.org/10.33650/adab.v3i2.3610

Authors (s)


(1) * Muhammad H. Holle   (Institut Agama Islam Negeri Ambon)  
        Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


Memasuki 1970-an sektor microfinance mendapatkan kembali momentum kelahirannya. Hal ini terutama dipicu oleh perkembangan penting yang terjadi di India, Bangladesh, dan Brazil. Ketiga negara ini mempraktikan kredit kepada kaum miskin terutama bagi kaum perempuan.

Terkait sejarah inklusi keuangan Kamalesh Shailesh C. Chakrabarty menyatakan, sejarah inklusi keuangan di India lebih tua dibanding tempat lainnya. Ditandai dengan nasionalisasi bank, skema lead bank, merger bank perkreditan regional, pendekatan area layanan dan pembentukan kelompok mandiri, semua ini adalah inisiatif yang ditujukan agar perbankan dapat melayani semua masyarakat. Hal ini kemudian meningkatkan jumlah bank di India sepuluh kali lipat sejak tahun 1969 hingga 2012 sudah mencapai 99.000 bank.

Olehnya itu Chakrabarty mengatakan inklusi keuangan sangat bermanfaat untuk pengembangan budaya menabung, meningkatkan akses kredit, baik kewirausahaan maupun konsumsi dan juga memungkinkan mekanisme pembayaran yang efisien. Bukti empiris menunjukkan bahwa negara-negara dengan populasi penduduk yang besar, belum mempunyai aksesĀ  yang luas terhadap sektor formal lembaga keuangan dan juga menunjukkan rasio kemiskinan yang lebih tinggi dan ketimpangan yang lebih tinggi. Chakrabarty meyakini inklusi keuangan hari ini bukanlah merupakan pilihan, tetapi menjadi sebuah keharusan dan perbankan merupakan pendorong utama untuk implementasi inklusi keuangan








Article View

Abstract views : 225 times

Dimensions, PlumX, and Google Scholar Metrics

10.33650/adab.v3i2.3610


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 KEADABAN