Menghilangkan Budaya “Gasab” Di Pondok Pesantren Melalui Konsep Manajemen Perubahan Dan Organisasi Pembelajaran
AbstractPondok pesantren yang menjadi cerminan bagi lembaga pendidikan lainnya dalam masalah perbaikan sikap, memiliki beban tugas yang sangat penting dalam pendidikan karakter. Namun, gasab yang merupakan sikap yang kurang terpuji, masih menjadi trend di beberapa pesantren. Untuk mengubah kebiasaan tersebut, maka perlu adanya organisasi pembelajaran yang dapat mengubah karakter buruk santri tersebut. Agar organisasi pembelajaran dapat berjalan secara efektif maka dibutuhkan 1) visi bersama (shared vision), 2) berpikir sistem (system thinking), 3) belajar beregu (team learning), 4) penguasaan pribadi (personal matery), dan 5) model mental (mental models). Dalam mengubah karakter tersebut, agar santri menerima perubahan yang dilakukan maka pesantren perlu menerapkan model manajemen perubahan, yang terdiri dari 1) The Choice Process, 2) The Trajectory Process, 3) The Change Process.
|
Full Text:
References
Fatah, R.A, dkk. 2005. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan. Jakarta Utara: PT. Listafariska Putra.
Karash, R. 1994. Learning Organization. USA: Innovation Associates, Inc.
Pedler, M., Burgogyne, J. & Boydell, T. 2005. The Learning Company:A Strategy for Sustainable Development. London: McGraw-Hill.
Pudjosumedi. 2010. Organisasi Kepemimpinan. Jakarta: Penerbit Uhamka Press.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Qomar, M. 2007. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
Senge, P. 1990. The Fifth Discipline. London: Century Business.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
10.33650/al-tanzim.v1i2.116 |
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Ainur Rifqi