KONSTRUKSI KONSEP FOOD DAN NUTRIMENT PADA KELUARGA BALITA STUNTING: TANTANGAN PENGENTASAN PREVALENSI STUNTING MELALUI PENDEKATAN SOSIO KULTURAL DI KABUPATEN SUMENEP

Abstract

Tujuan kedua SDGs adalah Zero Hunger atau dunia bebas kelaparan. Secara global, 22 % dari 30 % penduduk dunia yang menghadapi rawan pangan adalah balita stunting.  Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas penduduk rawan pangan dunia adalah balita. Tahun 2021, angka prevalensi stunting di Kabupaten Sumnep mencapai 29 %, sedangkan negara menarget penurunan stunting hingga ke angka 14 % pada tahun 2025. Perlu kerja keras dari semua elemen untuk membebaskan balita dari bahaya stunting. Seringkali langkah pencegahan dan penanggulangan stunting dilakukan dengan pendekatan medis. Meskipun pendekatan ini terbukti efektif, namun belum menuntaskan keseluruhan problem stunting secara holistik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendekatan lain dari sisi sosiokultural sebagai alternatif penanganan stunting. Peneliti melakukan eksplorasi konstruksi konsep nutrimen dan food pada keluarga balita stunting di Kabupaten Sumenep. Dimana konsep nutriment seringkali digunakan oleh tenaga kesehatan, sedangkan konsep food  cenderung merupakan hasil konstruksi sosial masyarakat. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi dipilih sebagai sarana mengulik peta kognitif kultur setempat. Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat perbedaan mendasar konsep nutrimen dan food  pada keluarga balita stunting dari sisi makna makanan yang dikonsumsi, makna lapar dan kenyang, dan preferensi serta pengaruh luar yang menentukan pemaknaan makan bagi keluarga balita stunting. Perlu kolaborasi untuk menjembatani kedua konsep tersebut agar percepatan penurunan stunting dapat tercapai maksimal dan berjangka waktu panjang.