METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: STUDI KOMPARATIF PEMBELAJARAN AGAMA PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DENGAN PESANTREN TRANSNASIONAL

DOI: https://doi.org/10.33650/edureligia.v5i1.1692

Authors (s)


(1) * Ainussofi Barkatul Charomaini   (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)  
        Indonesia
(2)  Anita maghfiroh maghfiroh   (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)  
        Indonesia
(3)  Rifdatus Tsalatsah Safina   (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)  
        Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


Sejak Revolusi Iran berhasil menduduki bangsa negara republik Islam. Semangat nasionalisme Islam menyebar ke seluruh dunia. Apalagi di negara kita Indonesia, semangat Islam tumbuh menjadi organisme yang nyata. Kebangkitan Islam mengeliat dan tergabung dalam terbentuknya organisasi yang berbeda-beda. Transnasional merupakan salah satu organisasi yang mempunyai dua misi, misi yang pertama adalah menjadikan non muslim menjadi muslim sebenarnya dan yang kedua adalah menggunakan syariat Islam yang harus diberlakukankan di Indonesia “pembelajaran” berarti pembelajaran yang mempunyai kegiatan organisasi dan dalam realists. Secara umum mereka memiliki dua isu besar, yaitu isu besar yang mengarah pada perubahan masyarakat non muslim menjadi muslim. Kedua, mereka ingin membuat negara Islam baru. Ide transnasional adalah bahwa beberapa orang memiliki pemikir tekstual yang tidak mau berubah pikiran. Mereka hanya menerima teks tanpa penjelasan dari orang lain dan keinginan untuk melakukan apa yang diperintahkan teks tersebut. Transnasional Islam memiliki empat ciri. Mereka adalah tekstualisme, nasehat untuk kemenangan dan kejayaan era chulafaur rosyidin, kembali ke sumber asli Al-Qur'an dan As-sunnah. Tolak apa pun dari modernisme. Pondok posantren adalah sistem yang unik. Ini adalah tempat bagi setiap siswa yang belajar ke kyai. Disebut Pesantren jika memiliki lima aspek yaitu: kyai atau guru, santri atau santri, belajar-mengajar, pesantren dan masjid. Pesantren memiliki tiga fungsi yang disebut Tri Darma pondok pesantren yaitu: menguatkan keimanan kepada Tuhan Allah SWT, memperbesar ilmu yang bermanfaat, dan mengabdi pada agama, pergaulan masyarakat dan negara. Pondok pesantren memiliki banyak kesamaan pendidikan dan sosiologi antara lain: hubungan yang erat antara kyai dan santri, taat kepada kyai, hidup sederhana, percaya diri, menerima dan memberi reletasi, memiliki motivasi yang tinggi untuk menghina, disiplin dan berkarakter berkelanjutan. Imam Bawani merumuskan karakter pendidikan karakter mereka; Misalnya metode, metode adat, metode nasehat, metode motivasi dan intimidasi, metode persuasi, metode bercerita. Pendidikan transnasional dan pendidikan pondok pesantren tradisional memiliki kesamaan dan perbedaan karakteristik tekstualis dan persepsi kontekstual, cara persuadedik dan berlawanan, pemberian nasehat, dan pemberian hukuman, adat dan insidentik. Walaupun orang fundalisme itu baik tapi kita harus memperhatikan tentang kegiatan transnasional karena mereka bisa menyebar kemana-mana dan grap kepada siapa saja, sehingga transnasionalisme masih berbahaya di Indonesia.



Keywords

metode pembelajaran, agama islam, pondok pesantren ,transnasional, nasional



Full Text: PDF



Article View

Abstract views : 636 times | PDF files viewed : 369 times

Dimensions, PlumX, and Google Scholar Metrics

10.33650/edureligia.v5i1.1692


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Ainussofi Barkatul Charomaini, Anita maghfiroh maghfiroh, Rifdatus Tsalatsah Safina

Creative Commons License
 

Edureligia : Jurnal Pendidikan Agama Islam
Published by Fakultas Agama Islam, Universitas Nurul Jadid, Probolinggo, East Java, Indonesia.